Minggu, 22 Mei 2022

Cemburu


Ada begitu banyak cerita yang ku jaring dari banyaknya manusia yang ku temui. Banyak pula pembelajaran yang ku simpulkan darinya. Hanya saja ada beberapa yang rasanya belum mampu aku manfaatkan. Dikata orang terlalu bodoh, memang aku mengakui dengan segenap jiwa dan ragaku aku bodoh pada satu cerita atau ternyata beberapa cerita.

Ku lihat pada layar persegi di hadapku, tidak mendambakan yang orang lain punya hanya mempertanyakan kembali standar hidup yang aku tetapkan. Apakah sudah benar dan tepat dengan kapasitas diri?? Atau melenceng jauh dari pengharapan?? Rasanya cemburu pada kebahagian lain yang tampak pada indra mataku, tapi yang ku lakukan hanya berdiam. Bagaimana bisa berubah, jika yang ku lakukan hanya mengandalkan ‘ya sudahlah’ atau mencari pelampias untuk menyalahkan segala yang terjadi pada diri ini adalah ulah nya, seperti mencari samsak untuk aku tinju sampai hancur.

Melihat angka pada berapa lama sudah aku hidup, sungguh aku benar-benar berada pada angka yang matang. Usia yang seharusnya mampu membuka diri lebih lagi pada tantangan, dan mengambil penyelesaian dengan segala pertimbangan yang bijak. Usia yang seharusnya bisa dinikmati dengan segala yang dipunya. Usia yang cukup untuk menentukan dengan bijak dan terarah kemana hidup akan dibawa. Aku bercermin dan tak menemui itu semua. Aku hanya melihat seorang anak perempuan usia dewasa yang masih senang menari sendiri, membaca cerita fiksi romantic & komik, atau bermain dengan puzzle untuk anak usia 5 tahun. Hanya seorang perempuan yang sedang berusaha menjadi lebih kuat lagi dan lebih percaya pada dirinya sendiri. Hanya seorang wanita dewasa yang sedang mencari jawaban dari hidupnya.

Padahal yang aku sendiri liat pada manusia lain seusia ku, begitu banyak pencapaian. Menikmati hidup dengan mengekplor lebih banyak lagi warna dan membuat lagi cerita atau dengan segala keromantisan yang tercipta dari keluarga kecil mereka. Rasanya hangat tapi diwaktu yang bersamaan sedikit menyengat. Mereka tidak membuat api padahal,tidak pula bukan tawon yang menyengat saat aku berangkat kerja diatas motor ku sampai aku menangis karena terlalu perih. Tetapi begitu yang sepertinya, aku pun tak yakin, dengan yang aku rasakan. Hangat tentu, tapi aku kembali bertanya kapan? Dan ku jawab sendiri ‘nanti ada waktunya’ sambil tersenyum dengan segenap hati.

Atau saat mereka membagikan moment ekplorasi nya di lain tempat, sambil nikmati suasana disana, bersama kawan berbagi cerita, sungguh apa yang salah dengan diriku. Padahal yang putuskan untuk berdiam adalah aku sendiri.

Atau saat beberapa dari mereka yang mampu menaikan saldo atm lebih lagi, menikmati jerih dari keringatnya, membeli barang-barang yang sudah lama ada di wishlist, sungguh lagi-lagi aku mempertanyakan bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan segala yang aku terima dari Tuhan ku yang Maha dari segala yang Maha, Allah SWT. Padahal aku lah yang putuskan untuk diam dalam zona itu dan karena itu pula aku juga mampu membagikan senang ku pada orang-orang yang aku kasih dan sayangi.

Sudahilah menatap terus cermin, yang ku temui hanya ketidak sempurnaan dan keburukan saja yang nantinya membuat kebencian pada diriku kembali ke permukaan. Aku hanya ingin lebih percaya pada diri sendiri, meyakinkan diri sendiri bahwa aku mampu dan akan ada waktu dimana yang kau harapkan terwujud dengan sebaik-baiknya keadaan. Membandingkan diri boleh, tapi jangan jadikan tolak ukur. Jadikan sebagai motivasi untuk terus improvisasi diri lebih baik lagi. Mencemburui jangan karena hanya memunculkan sikap iri dengki, dan lupa dengan segala nikmat yang diterima. Bersyukur dan nikmati setiap prosesnya. Karena pada akhirnya, yang kau temui di ujung jalan hanyalah dirimu sendiri.

 

Shally

220522

 

Kamis, 19 Mei 2022

Eunoia ( a pure and well-balanced mind, a good spirit “beautiful thinking” )

 

Malam sudah tiba, dan siang sudah larut dengannya. Aku pulang pada bangun yang ku sebut rumah. Masuk dalam ruang persegi dan mulai merebahkan diri. Lalu, tanpa aba-aba aku mulai bertanya-tanya perihal adanya ini dan itu, sebab dan penyebab dan hal lainnya. Dimulai dari perasaan yang berkecamuk lalu tiba saja dibuka forum untuk berpikir. Kendali ku tidak penuh tapi ada.

Kenapa seperti ini? Kenapa harus begini? Lalu, kenapa selalu begini?

Tanyakan perihal hidup yang tidak sesuai harapan, jauh dari kata angan yang indah. Tiba-tiba saja ketakutan datang menjawab dan keburukan ikut masuk merespon. Mati menjadi jawaban yang tiba-tiba muncul.

Sungguh rasanya seperti aku sedang saling tikam menikam dengan diri ku sendiri. Aku benci sisi dari diriku yang itu. Menangis bak dunia benar-benar jahat, padahal memang jahat atau memang aku yang terlalu lemah saja. Bukan mendrama kan segala sesuatu hanya saja ternyata aku belum mau mengakui bahwa ternyata aku tidak sekuat dan sehebat yang aku standarkan atau memang hanya ternyata standar yang ku buat terlalu tinggi karena tak semua manusia sama dengan standar yang sama.

Aku benci ketika pikiran-pikiran sudah mulai melancarkan aksinya. Menebar tebar kan bibit buruk, mencoba menyadarkan diri bahwa hidup itu sulit, hidup itu tidak indah, maka sudahilah.

Aku juga benci ketika setiap logika yang aku coba pecahkan selalu dihadapkan pada sisi negatifitasnya. Apakah hanya keburukan saja yang bisa dibayangkan? Apakah hanya keburukan yang bisa menjadi jawaban nya? Dan apakah hanya ada keburukan sebagai pertimbangan?

Kalau sudah begitu, ya sudah. Tak ada lagi energy untuk sekedar menaruh harap tinggi, semakin menutup diri dengan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin ternyata akan terjadi pada diri dan merubah kea rah yang lebih baik. Itu mungkin saja atau kehilangan minat pada apapun termasuk hidup. Lagi lagi mati menjadi jawaban.

Seolah selama hidup, bahagia tidak pernah terwujud padahal cobalah pandang hidup ku tidak seburuk itu hanya pikiran dan hati mu saja yang menghantui. Menyalahkan siapapun tak ada, jadi menyalahi diri dan membenci.

Malam semakin larut, maka pikiran semakin aktif berpendapat. Kini tangis sudah ditambahi dan hati semakin berkecamuk. Rasanya dari pada begini, kenapa tidak sekali tikam saja biar sakit nya langsung terasa hebat. Padahal masalah saja tidak ada, hidup sudah enak, lalu apa sebenarnya menjadi sebab dari setiap tangis.

Kalau begini, sudahi saja. Lagi lagi dan lagi selalu tersemat untuk menyudahi.

Sungguh indah pikiran ku ini.

Shally

190522

Yang Ditemui Saat Sendiri

Selamat malam untuk para insan yang masih menyimpan luka dan sesekali meratapi penyeselan hidup. Mari memeluk lagi sedihnya, mengolesiya den...