Malam
sudah tiba, dan siang sudah larut dengannya. Aku pulang pada bangun yang ku
sebut rumah. Masuk dalam ruang persegi dan mulai merebahkan diri. Lalu, tanpa
aba-aba aku mulai bertanya-tanya perihal adanya ini dan itu, sebab dan penyebab
dan hal lainnya. Dimulai dari perasaan yang berkecamuk lalu tiba saja dibuka
forum untuk berpikir. Kendali ku tidak penuh tapi ada.
Kenapa
seperti ini? Kenapa harus begini? Lalu, kenapa selalu begini?
Tanyakan
perihal hidup yang tidak sesuai harapan, jauh dari kata angan yang indah. Tiba-tiba
saja ketakutan datang menjawab dan keburukan ikut masuk merespon. Mati menjadi
jawaban yang tiba-tiba muncul.
Sungguh
rasanya seperti aku sedang saling tikam menikam dengan diri ku sendiri. Aku benci
sisi dari diriku yang itu. Menangis bak dunia benar-benar jahat, padahal memang
jahat atau memang aku yang terlalu lemah saja. Bukan mendrama kan segala
sesuatu hanya saja ternyata aku belum mau mengakui bahwa ternyata aku tidak
sekuat dan sehebat yang aku standarkan atau memang hanya ternyata standar yang
ku buat terlalu tinggi karena tak semua manusia sama dengan standar yang sama.
Aku
benci ketika pikiran-pikiran sudah mulai melancarkan aksinya. Menebar tebar kan
bibit buruk, mencoba menyadarkan diri bahwa hidup itu sulit, hidup itu tidak
indah, maka sudahilah.
Aku
juga benci ketika setiap logika yang aku coba pecahkan selalu dihadapkan pada
sisi negatifitasnya. Apakah hanya keburukan saja yang bisa dibayangkan? Apakah hanya
keburukan yang bisa menjadi jawaban nya? Dan apakah hanya ada keburukan sebagai
pertimbangan?
Kalau
sudah begitu, ya sudah. Tak ada lagi energy untuk sekedar menaruh harap tinggi,
semakin menutup diri dengan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin ternyata akan
terjadi pada diri dan merubah kea rah yang lebih baik. Itu mungkin saja atau
kehilangan minat pada apapun termasuk hidup. Lagi lagi mati menjadi jawaban.
Seolah
selama hidup, bahagia tidak pernah terwujud padahal cobalah pandang hidup ku
tidak seburuk itu hanya pikiran dan hati mu saja yang menghantui. Menyalahkan siapapun
tak ada, jadi menyalahi diri dan membenci.
Malam
semakin larut, maka pikiran semakin aktif berpendapat. Kini tangis sudah
ditambahi dan hati semakin berkecamuk. Rasanya dari pada begini, kenapa tidak
sekali tikam saja biar sakit nya langsung terasa hebat. Padahal masalah saja
tidak ada, hidup sudah enak, lalu apa sebenarnya menjadi sebab dari setiap
tangis.
Kalau
begini, sudahi saja. Lagi lagi dan lagi selalu tersemat untuk menyudahi.
Sungguh
indah pikiran ku ini.
Shally
190522
Tidak ada komentar:
Posting Komentar