Kamis, 19 Mei 2022

Eunoia ( a pure and well-balanced mind, a good spirit “beautiful thinking” )

 

Malam sudah tiba, dan siang sudah larut dengannya. Aku pulang pada bangun yang ku sebut rumah. Masuk dalam ruang persegi dan mulai merebahkan diri. Lalu, tanpa aba-aba aku mulai bertanya-tanya perihal adanya ini dan itu, sebab dan penyebab dan hal lainnya. Dimulai dari perasaan yang berkecamuk lalu tiba saja dibuka forum untuk berpikir. Kendali ku tidak penuh tapi ada.

Kenapa seperti ini? Kenapa harus begini? Lalu, kenapa selalu begini?

Tanyakan perihal hidup yang tidak sesuai harapan, jauh dari kata angan yang indah. Tiba-tiba saja ketakutan datang menjawab dan keburukan ikut masuk merespon. Mati menjadi jawaban yang tiba-tiba muncul.

Sungguh rasanya seperti aku sedang saling tikam menikam dengan diri ku sendiri. Aku benci sisi dari diriku yang itu. Menangis bak dunia benar-benar jahat, padahal memang jahat atau memang aku yang terlalu lemah saja. Bukan mendrama kan segala sesuatu hanya saja ternyata aku belum mau mengakui bahwa ternyata aku tidak sekuat dan sehebat yang aku standarkan atau memang hanya ternyata standar yang ku buat terlalu tinggi karena tak semua manusia sama dengan standar yang sama.

Aku benci ketika pikiran-pikiran sudah mulai melancarkan aksinya. Menebar tebar kan bibit buruk, mencoba menyadarkan diri bahwa hidup itu sulit, hidup itu tidak indah, maka sudahilah.

Aku juga benci ketika setiap logika yang aku coba pecahkan selalu dihadapkan pada sisi negatifitasnya. Apakah hanya keburukan saja yang bisa dibayangkan? Apakah hanya keburukan yang bisa menjadi jawaban nya? Dan apakah hanya ada keburukan sebagai pertimbangan?

Kalau sudah begitu, ya sudah. Tak ada lagi energy untuk sekedar menaruh harap tinggi, semakin menutup diri dengan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin ternyata akan terjadi pada diri dan merubah kea rah yang lebih baik. Itu mungkin saja atau kehilangan minat pada apapun termasuk hidup. Lagi lagi mati menjadi jawaban.

Seolah selama hidup, bahagia tidak pernah terwujud padahal cobalah pandang hidup ku tidak seburuk itu hanya pikiran dan hati mu saja yang menghantui. Menyalahkan siapapun tak ada, jadi menyalahi diri dan membenci.

Malam semakin larut, maka pikiran semakin aktif berpendapat. Kini tangis sudah ditambahi dan hati semakin berkecamuk. Rasanya dari pada begini, kenapa tidak sekali tikam saja biar sakit nya langsung terasa hebat. Padahal masalah saja tidak ada, hidup sudah enak, lalu apa sebenarnya menjadi sebab dari setiap tangis.

Kalau begini, sudahi saja. Lagi lagi dan lagi selalu tersemat untuk menyudahi.

Sungguh indah pikiran ku ini.

Shally

190522

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang Ditemui Saat Sendiri

Selamat malam untuk para insan yang masih menyimpan luka dan sesekali meratapi penyeselan hidup. Mari memeluk lagi sedihnya, mengolesiya den...