Suatu hari burung katakan
Bercicit pada matahari
Lihatlah tuan matahari
Seorang gadis berselimut saat dirimu tampak
Lalu tuan matahari hanya tersenyum pada si burung
Pertama menatapnya hangat
Lalu berpindah pada sang gadis berselimut itu
Lalu ia katakan pada si burung
Ia sedang menutupi
menutupi matanya yang memerah
menutupi tangannya yang kering
menutupi rambutnya yang gersang
menutupi bibirnya yang pucat
menutupi telinganya yang dingin
menutupi hidungnya yang berair
dan ia sedang menutupi hatinya
mengapa begitu
tanya si burung pada tuan matahari
lalu jawabnya si tuan
ia lama sendiri sampai
matanya selalu basah tangisan
tangannya tak ada digenggam mesra
rambutnya tak ada di usap sayang
bibirnya tak ada di cium lembut
telinganya tak ada di hangat pujian
hidungnya tak ada di cubit manja
hatinya tak ada dibuka
Sekedar wadah untuk berbagi kata yang terangkai. jangan sungkan untuk bertukar kata. It is just a place to share arrangement words. Be easy with me to change the words. #SmileFace
Sabtu, 09 September 2017
SENDIRI
Dalam gelap tanpa berlistrik
Cahaya dari bulan menembus tirai lewati jendela
Dia terdiam bergidik
Menapaki fakta dirinya terlena
Senyap masih dalam gelap
Terdengar suara rintihan gadis dengan hatinya yang meronta
Meratapi nasib nya yang merana
Mencari air untuk diserap
Dia haus tanpa air dilengannya
Menengadahkan wajahnya
Meminta gelas kosongnya
Dalam balutan kain lusuhnya
Lalu ia meronta kembali
Bertanya pada yang ada
Berkaca pada yang lalu
Berkeluh pada yang sudah
Berkutuk pada yang tak pasti
Sampai ia temukan dirinya kembali
Pada masa saat ia berkeluh
Menutup wajahnya
Dan merintih seorang diri
Di sudut ruangan itu
Ia telah sendiri
Cahaya dari bulan menembus tirai lewati jendela
Dia terdiam bergidik
Menapaki fakta dirinya terlena
Senyap masih dalam gelap
Terdengar suara rintihan gadis dengan hatinya yang meronta
Meratapi nasib nya yang merana
Mencari air untuk diserap
Dia haus tanpa air dilengannya
Menengadahkan wajahnya
Meminta gelas kosongnya
Dalam balutan kain lusuhnya
Lalu ia meronta kembali
Bertanya pada yang ada
Berkaca pada yang lalu
Berkeluh pada yang sudah
Berkutuk pada yang tak pasti
Sampai ia temukan dirinya kembali
Pada masa saat ia berkeluh
Menutup wajahnya
Dan merintih seorang diri
Di sudut ruangan itu
Ia telah sendiri
Dikau
Kepada senja aku menatap
Dikau yang tak dirindukan raganya
Hati meratap meminta pertemuan
Akan hatinya yang lain
Dalam diamnya ditemani senja
Berkicau pada setiap angin
Membisikkan kedinginan pada kehangatan yang fana
Membidikan jutaan gemuruh menderu bulu
Mengeratkan ikatan tangan pada raga yang tak dirindukan
Sensasi tak pernah datang pada setiap langit polusi menyerbu
Dirimu dikau yang tak pernah tau raganya bagaimana
Dikau yang tak dirindukan raganya
Hati meratap meminta pertemuan
Akan hatinya yang lain
Dalam diamnya ditemani senja
Berkicau pada setiap angin
Membisikkan kedinginan pada kehangatan yang fana
Membidikan jutaan gemuruh menderu bulu
Mengeratkan ikatan tangan pada raga yang tak dirindukan
Sensasi tak pernah datang pada setiap langit polusi menyerbu
Dirimu dikau yang tak pernah tau raganya bagaimana
Langganan:
Postingan (Atom)
Yang Ditemui Saat Sendiri
Selamat malam untuk para insan yang masih menyimpan luka dan sesekali meratapi penyeselan hidup. Mari memeluk lagi sedihnya, mengolesiya den...
-
Dalam gelap tanpa berlistrik Cahaya dari bulan menembus tirai lewati jendela Dia terdiam bergidik Menapaki fakta dirinya terlena Senyap...
-
Selamat malam untuk para insan yang masih menyimpan luka dan sesekali meratapi penyeselan hidup. Mari memeluk lagi sedihnya, mengolesiya den...
-
4 th april 2017 Ada seorang gadis yang memposisikan dirinya berperang melawan dirinya sendiri. Gadis yang mulai beranjak 20 tahun...