Sabtu, 09 September 2017

Sendiri

Suatu hari burung katakan
Bercicit pada matahari
Lihatlah tuan matahari
Seorang gadis berselimut saat dirimu tampak

Lalu tuan matahari hanya tersenyum pada si burung
Pertama menatapnya hangat
Lalu berpindah pada sang gadis berselimut itu
Lalu ia katakan pada si burung

Ia sedang menutupi
menutupi matanya yang memerah
menutupi tangannya yang kering
menutupi rambutnya yang gersang
menutupi bibirnya yang pucat
menutupi telinganya yang dingin
menutupi hidungnya yang berair
dan ia sedang menutupi hatinya

mengapa begitu
tanya si burung pada tuan matahari

lalu jawabnya si tuan
ia lama sendiri sampai
matanya selalu basah tangisan
tangannya tak ada digenggam mesra
rambutnya tak ada di usap sayang
bibirnya tak ada di cium lembut
telinganya tak ada di hangat pujian
hidungnya tak ada di cubit manja
hatinya tak ada dibuka

SENDIRI

Dalam gelap tanpa berlistrik
Cahaya dari bulan menembus tirai lewati jendela
Dia terdiam bergidik
Menapaki fakta dirinya terlena

Senyap masih dalam gelap
Terdengar suara rintihan gadis dengan hatinya yang meronta
Meratapi nasib nya yang merana
Mencari air untuk diserap

Dia haus tanpa air dilengannya
Menengadahkan wajahnya
Meminta gelas kosongnya
Dalam balutan kain lusuhnya

Lalu ia meronta kembali
Bertanya pada yang ada
Berkaca pada yang lalu
Berkeluh pada yang sudah
Berkutuk pada yang tak pasti
Sampai ia temukan dirinya kembali

Pada masa saat ia berkeluh
Menutup wajahnya
Dan merintih seorang diri
Di sudut ruangan itu

Ia telah sendiri

Dikau

Kepada senja aku menatap
Dikau yang tak dirindukan raganya
Hati meratap meminta pertemuan
Akan hatinya yang lain
Dalam diamnya ditemani senja
Berkicau pada setiap angin
Membisikkan kedinginan pada kehangatan yang fana
Membidikan jutaan gemuruh menderu bulu
Mengeratkan ikatan tangan pada raga yang tak dirindukan
Sensasi tak pernah datang pada setiap langit polusi menyerbu
Dirimu dikau yang tak pernah tau raganya bagaimana

Yang Ditemui Saat Sendiri

Selamat malam untuk para insan yang masih menyimpan luka dan sesekali meratapi penyeselan hidup. Mari memeluk lagi sedihnya, mengolesiya den...